Sebuah penelitian baru menekankan manfaat pengobatan penyakit ayan dengan bedah otak jika kondisi penderita tidak membaik dengan obat anti-epilepsi.
Sebuah penelitian baru menekankan manfaat bedah otak bagi penderita ayan jika keadaan penderita tidak membaik dengan obat anti-epilepsi. Pasien yang dioperasi segera setelah terbukti obat tidak efektif biasanya tidak lagi mengalami kejang-kejang.Penelitian tersebut melibatkan penderita ayan jenis mesial temporal lobe epilepsy (MTLE) yang umumnya kebal obat. Operasi adalah sebuah pilihan, bahkan sebenarnya, ini telah digunakan selama lebih dari 100 tahun.
Tetapi, menurut Dr. Jerome Engel, Jr., kepala Pusat Gangguan Epilepsi di University of California Los Angeles (UCLA), hampir semua penderita ayan yang tidak tertolong dengan obat tidak mau dioperasi, atau mereka menunggu terlalu lama sebelum mencobanya. “Fakta yang menyedihkan adalah para pasien yang dirujuk untuk operasi saat ini –jumlahnya cukup kecil, dengan rata-rata 22 tahun sesudah menderita epilepsi, waktu yang sudah terlambat untuk membuat hidup mereka berbeda,” kata Dr.Jerome Engel.
Dr. Engel mengepalai penelitian baru bagi pasien yang dioperasi dalam dua tahun sesudah terbukti bahwa obat-obatan saja tidak akan menyembuhkan.
“Setelah kami mengoperasi pasien, 85 persen pasien yang ikut dalam penelitian ini tidak lagi mengalami kejang-kejang. Tidak ada pasien yang melanjutkan penggunaan obat, terbebas dari kejang-kejang. Terdapat kemajuan besar secara statistik dalam kualitas hidup pada pasien yang dioperasi,” paparnya.
Dibandingkan dengan penggunaan obat anti-epilepsi, kerusakan daya ingat kadang-kadang menjadi efek samping operasi yang pada dasarnya melibatkan pengangkatan satu bagian otak.
Tetapi, penelitian ini masih terlalu minim untuk menyimpulkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Namun, Engel mengungkapkan, walaupun berdampak pada daya ingat, operasi tetap lebih menguntungkan dengan meningkatnya kualitas hidup yang bebas kejang-kejang.
Engel mengatakan hasil penelitian ini akan mendorong dokter untuk mempertimbangkan operasi sebagai alternatif pengobatan.
“Kami berharap bisa menggunakan penelitian tersebut untuk memperkenalkan kepada umum bahwa seharusnya tidak ada penundaan dalam merujuk pasien untuk operasi. Tetapi tidak hanya itu, pasien yang terus kejang-kejang berisiko mengalami berbagai jenis masalah pada kemudian hari, termasuk kematian dini,” paparnya lagi.
“Kami berharap bisa menggunakan penelitian tersebut untuk memperkenalkan kepada umum bahwa seharusnya tidak ada penundaan dalam merujuk pasien untuk operasi. Tetapi tidak hanya itu, pasien yang terus kejang-kejang berisiko mengalami berbagai jenis masalah pada kemudian hari, termasuk kematian dini,” paparnya lagi.
Engel mengatakan hanya sekitar satu persen penderita ayan di Amerika mendapat manfaat dari operasi dirujuk ke pusat-pusat speasialis perawatan epilepsi. Ia mengatakan operasi digunakan luas di seluruh dunia. Ia merujuk pada contoh di Brazil, di mana para pejabat berpendapat bahwa biaya operasi dalam perawatan epilepsi lebih murah dibandingkan dengan biaya yang berkelanjutan untuk mengobati kejang-kejang.
Laporan penelitian Dr. Jerome Engel, Jr., mengenai operasi epilepsi tersebut diterbitkan dalam jurnal Asosiasi Medis Amerika, “JAMA.”
0 komentar:
Posting Komentar